Peta persaingan Grup D Piala Dunia 2014 menjadi
berantakan ketika Uruguay ditekuk Kosta Rika 1-3 dan Italia mengalahkan
Inggris 2-1 dalam pertandingan dini hari hingga pagi ini. Tapi daripada bahas tentang ini, mending kita bahas sekelumit petualanganku di sebuah pulau eksotik hari ini. Lagian semua media sudah membahas pertandingan tersebut secara obyektif maupun subyektif.
Nah, setelah pertandingan Italia vs Inggris itu aku mandi dan mengepak perlengkapan seadanya termasuk setermos kopi, sebotol air, dan sebungkus nasi kuning. Setelah semua siap, saatnya keluar rumah dan mulai bertualang. Dari rumah, aku ke rumahnya Memet dulu karena tempat itu sudah disetujui jadi starting pointnya. Sampai di sana, di antara teman-teman yang sudah hadir, aku nggak lihat si Agus padahal dia PJnya. Katanya sih, tadi sudah datang tapi pergi lagi ngurus setetes susu (akhir-akhir ini aku agak bingung dengan bahasa teman-teman). Markos menyusul kemudian dengan wajah yang masih lengkap dengan cetakan bantalnya. Bosan nunggu Agus yang juga susah dihubungi, kami memutuskan untuk menunggu Agus di Assisi karena beberapa teman dari OMK sana juga mau berpartisisapi ... eh, berpartisipasi dalam trip kali ini sekalian menunggu Agus di sana (kalo dia datang).
Ternyata, sampai di Assisi kami belum langsung berangkat tapi nonton lagi pertandingan antara Jepang vs Pantai Gading hingga selesai dengan skor 1-2. Setelah semua personil sudah lengkap, termasuk Agus, kami pun berangkat menuju Takalar dengan menggunakan motor. Cuaca agak mendung tapi nggak hujan. Cuma rintik sebentar tapi nggak sampai perlu pakai mantel. Agus dan Markos yang paling dulu karena Agus jadi navigator dengan bantuan Nokia lumia 520nya. Tapi meski pake gituan, toh kami tersesat juga. Untung kami bertemu dengan seorang pemuda yang baik hati yang mengantar kami hingga ke tempat sewa kapal buat menyeberang.
Melihat ukuran kapal yang hendak ditumpangi, hati jadi dumba-dumba geleter. Tetapi aku tetap tersenyum karna senyum membuat segalanya akan lebih mudah. Elsa sampe harus dibujuk setengah mati biar mau menyeberang pulau. Abisnya ini mah bukan perahu tapi sampan yang pake mesin dan cuma bisa memuat 4 orang. Meskipun pulau Sanrobengi dekat banget dari daratan Sulawesi tapi sepanjang perjalanan hati nggak berasa tentram. Rasa-rasanya itu di sepanjang perjalanan sampan semakin miring saja. Ongkos ke sana lumayan murah, Rp. 20.000 per orang.
Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya kami menginjakkan kaki di Pulau Sanrobengi. Matuh dan Agus segera berkeliling Pulau untuk mencari tempat yang baik untuk menikmati pantai. Akhirnya dipilihlah tempat di sebelah Barat pulau di mana sebuah gazebo dibangun. Sementara teman-teman lain sibuk mengatur perlengkapannya dan makan siang di gazebo itu, aku dan Patrik mencari tempat yang lebih rindang dan sejuk untuk dijadikan tempat tidur siang dan menikmati kopi. Setelah semua perlengkapan kami sudah terpasang, Patrik mengungkapkan betapa laparnya dia. Kepada teman-teman perempuan yang lagi sibuk dengan logistik aku bilang, "Kasih dia nasi bungkus!".
Pulau Sanrobengi merupakan sebuah pulau kecil berpasir putih
yang keren untuk dijadikan destinasi wisata laut seperti menyelam dan
snorkeling. Teman-teman sebaiknya nggak
memancing ikan di sana meski di pulau
ini memang banyak ikannya. Pantainya
lumayan jernih sehingga kita dapat melihat dengan jelas ikan-ikan yang berenang
di sela-sela batu karang. Ketika sampai
di sana aku melihat beberapa fasilitas outbond seperti flying fox, jembatan
gantung, dan lain-lain. Tapi karena kurang terawat dan cenderung unsafety lagi maka
nggak dapat digunakan secara maksimal.
Kita juga dapat menemukan beberapa bangunan WC yang sudah tidak dapat digunakan lagi dilengkapi
sebuah sumur tua masih berdiri kokoh meski dipenuhi dengan tumbuhan menjalar.
Kesan spooky akan semakin terasa karena tak jauh dari bangunan tua itu kita
dapat menemukan beberapa kuburan manusia. Tetapi karena alamnya masih terjaga
dengan baik maka dijamin anda tetap merasa tentram. Maka bagi teman-teman yang
ke sana, tolong supaya tetap ikut serta menjaga kebersihan dan kelestarian
alamnya.
Satu lagi catatan dari pulau ini, meski
belum terkelola maksimal, beberapa fasilitas wisata telah tersedia menyambut
kedatangan pengunjung. Salah satunya, Sanggar Nelayan yang menyediakan beberapa
bangunan baru termasuk gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk
beristirahat. Penduduk di Pulau Sanrobengi juga telah membuat tempat bermain
untuk anak-anak yang tentunya juga bisa digunakan tetapi tentu saja belum
memperhitungkan standard keamanan dan kenyamanan yang lazim tapi setelah saya mencobanya
ternyata menyenangkan juga.
*******
Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Pulau Sanrobengi dan pemandangan dari pulau ini:
*******
And this is me, the author and the photographer:
Thanx to:
- Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
- Member of Group : Agustinus 'FCB' Duma, Catharina 'Kajol" Elsa, Yohanes Nyong Putra Ende, Nugraha Memet Hariandja, Markos "Smeagol" Kahia, Akr Anto Ariotik Bitte , Ignatius Ndatau Matuh, dan Patrick Wulaa Petrus.
- The participant: OMK Assisi dan Natalia Suling