Aku benar-benar terharu melihat kedatangan Arnold yang datang jauh-jauh dari Pare-Pare demi ikutan trip kami hari ini. Di pundaknya tergantung sebuah kamera Nikon yang sudah siap ikut mengabadikan moment-moment tak terlupakan dengan lensa sapu jagadnya, 18-200mm. Lensa yang juga pengen banget aku miliki tapi karena belum menikah, jadi jangan dulu ... (apa hubungannya?).
Target kami hari ini adalah Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo yang berjarak sekitar 92 km dari Kota Makassar dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Di facebook, seorang teman sampai berkomentar "matabelo" saking jauhnya. Apalagi kalo harus ditempuh dengan kendaraan roda dua. Pulang pergi bisa kena ankylosing spondylitis atau hernia gara-gara jalan yang gak mulus. Well, jarak yang ditempuh kira-kira sama dengan kalo kita ke Pantai Punaga.
Menjelang Galesong Utara, kami disiram hujan dengan dahsyat, teman-teman memilih berteduh karena gak bawa mantel. Sedangkan aku dan Mariconk, gak peduli hujan, jalan terus. Berharap di desa berikutnya hujan sudah reda. Dan benar saja, di Galesong Selatan, bahkan tak ada tanda-tanda hujan. Karena rasa kesetiakawanan sosial, di desa Bontonompo kami berhenti di sebuah warung bakso untuk mengisi perut sambil menunggu teman-teman. Sekitar sejam kemudian barulah Patrik, Arnold, Elsa, Emma, Stella, dan Memet menyusul. Setelah semuanya makan, kami kembali menyusuri jalan menuju Puntondo.
Singkat cerita, tibalah kami di PPLH Puntodo. Tempat ini sudah beberapa kali aku kunjungi bersama-sama dengan anak-anak SMA Katolik Cenderawasih. Namun baru kali ini aku mengendarai motor ke sana bersama dengan KPA PINTAS. Sebelum memasuki Kompleks PPLH Puntondo, kita diharuskan mendaftarkan diri dan kendaraan di pintu masuk. Di situ kami memperoleh informasi bahwa jika hanya ingin jalan-jalan saja, tidak dipungut biaya sepeser pun. Senang rasanya apalagi bapak yang jaga gerbang benar-benar ramah dan baik hatinya.
Kira-kira 100m melewati gerbang, kita disuguhi pemandangan yang indah, berupa rumah-rumah dengan arsitektur bugis tradisional, dan susunan tangga-tangga yang unik. Rumah-rumah ini terdiri atas penginapan, asrama, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan yang dihubungkan dengan jembatan yang terbuat dari kayu. Hampir semua kamar mandi di sini tak beratap sehingga berasa seperti mandi di sumur umum. Untuk diketahui, sebelum benar-benar menikmati pemandangan di tempat ini, kita perlu menemui petugas reservasi untuk mengetahui aturan dan biaya yang harus dikeluarkan. Yang jelas, kamu-kamu gak perlu cemas tentang biaya karena di tempat ini semuanya benar-benar murmer, bahkan gratis.
Pantai Puntondo merupakan salah satu pantai pasir putih yang masih alami dan bersih di ujung kaki Pulau Sulawesi. Kebersihan dan alamnya didukung juga dengan keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Di daerah ini kamu bisa menemukan spesies ikan yang belum pernah kamu temukan sebelumnya. Pasirnya yang putih dihasilkan dari pecahan-pecahan karang dan cangkang hewan-hewan laut yang telah mati. Pecahan dan cangkang tersebut terhempas dan akhirnya hancur membentuk pasir putih. Karena alasan inilah, PPLH Puntondo meminta kepada pengunjungnya untuk tidak membawa pulang biota laut yang hidup maupun yang mati, termasuk pasirnya.
Pengunjung diwajibkan untuk ikut serta menjaga kebersihan pantai dan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, bahkan kita harus memilah dulu sampah organik dan sampah non-organik lalu membuangnya ke tempat yang sudah disediakan. Selain itu, kita sebaiknya ikut serta mengumpulkan sampah yang dibawa oleh laut ke beberapa kantung sampah yang sudah disiapkan di pinggir pantai. Seandainya di setiap tempat ada PPLH, saya yakin hampir semua pantai akan bersih dan rapi. Sayang sekali, kepedulian akan keindahan dan kelestarian lingkungan hanya milik segelintir orang saja.
Refleksi: Tuhan menganugerahkan bumi sebagai rumah dan tempat kita hidup. Tetapi untuk membuatnya indah, Tuhan memerlukan rekan kerja yang baik bagiNya. Maka Dia menciptakan manusia dengan kemampuan yang mengagumkan untuk memelihara bumi ini. Sayangnya, manusia kadang tak peduli pada tanah, air, udara, flora, dan fauna di sekitarnya. Perusakan dan pencemaran lingkungan terjadi di mana-mana. Keindahan karya Tuhan bukan hanya ada di tempat-tempat tertentu saja tetapi juga di sekitar tempat kita berpijak. Hanya dengan sedikit usaha saja, kita tak perlu lagi ke Bali atau ke luar negeri karena semuanya ada di sini.
*******
And this is me, the author and the photographer:
I
sincerely appreciate your taking time to provide your comments and
feedback (by clicking on reactions or rate it). Jangan lupa, join this
site. Thanks.
----------------------------------------------------------------------------------
Thanx to:
- Pengelola PPLH Puntondo (special thanks!) untuk penyadarannya. Good Job!
- Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas, Paroki St. Paulus-Tello Makassar.
- Member of Group : Patrick Wp, Nugraha 'Memet' Hariandja, Katarina 'Kajol' Elsa, Mariconk Guhar, Stella Alexander, dan Arnoldus Dp.
- The participants: Emmanuella Lassar and Stella Alexander
- Honda Blade -ku yang terkasih
- Canon 60D dan 1000D ku yang keyen.
Maaf bagi
temen-temen slalu nelpon atau sms atau chat via FB minta ikutan dalam
trip kami. Bukan bermaksud jahat tak mengajak kalian. Perjalanan yang
kami tempuh selama ini pasti terasa berat, tidak menyenangkan, dan
membosankan bagi kalian yang memang hanya ingin bersantai. Seringkali,
kami menempuh resiko tersesat dan masuk di daerah yang kurang ramah
terhadap orang luar. Aku tidak ingin menabrakkan kebetean kalian dengan
keindahan dunia ini. Atas pengertiannya aku ucapkan terima kasih.
Trus, perjalanan ini juga biasa dilakukan tanpa rencana yang matang. Biasanya sehari sebelumnya diumumkan via Facebook.
Oh
iya, satu lagi, penampakan foto-foto yang ada di blog ini sudah dipress
sedemikian rupa sama penyedia layanan blog ini (blogspot.com). Maka
hasilnya pasti agak gimana gitu ...
No comments:
Post a Comment